Soeharso dilahirkan di desa Kembang,di lereng gunung merbabu, termasuk kecamatan Ampel, kabupaten boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 13 Mei 1912.Dengan demikian berarti, bahwa Soeharso yang kemudian bergelar profesor dan doktor (Prof,Dr) dan namanya terkenal di seluruh dunia adalah anak desa. Ayahnya bernama Sastrosuhardjo, pernah menjadi lurah atau kepala desa. Pak Sastrosuhardjo adalah keturunan abdi dalem, pegawai kraton Surakarta. putranya ada tujuh orang dan Soeharso adalah anak ke-4. Soeharso hidup dan dibesarkan di lingkungan pedesaan dengan penuh kesederhanaan. diantara putra dan putri pak sastrosuhardjo adalah Soeharso yang paling nakal.karena itu kakeknya memberi sebuta si jago abang (jago merah).
Pada usia 7 tahun,yaitu pada tahun 1919, soeharso disekolahkan di sekolah dasar berbahasa belanda (HIS=Hollandschninlandsche school) di salatiga. ia termasuk anak yang cerdas dan tidak pernah tinggal kelas. ketika ia duduk di kelas 5 HIS ayahnya meninggal dunia. kehidupan rumah tangga almarhum pak sastrosuhardjo mengalami kegoncangan.Syukurnya bahwa ibunda Soeharso seorang yang teguh pendirianya. ia tidak mau berlama-lama tenggelam dalam kesedihan ditinggalkan suami. Ibu sastrosuhardjo segera mengambil alih tugas sebagai pemimpin atau kepala keluarga. dengan berjualan nasi ia membiayai pendidikan putra-putranya. tetapi karena makin lama dirasakan main berat. kama kedua kakak soeharso terpaksa tidak dapat terus bersekolah.suharto, kakak suharso lalu bekerja sebagai carik dan kemudian diangkat menjadi lurah. dengan kedudukan sebagai lurah itu kaknya membantu membiayai pendidikan suharso.
Dimasa kakak-kakaknya suharso dalam keadaan prihatin, ia turut membantu ibunya menjual tembakau. dengan berjalan kaki suharso membawa tembakau diatas kepalanya menuju kota boyolali. Tetapi justru keprihatinan itu menempa suharso menjadi pemuda yang kuat, ulet, dan tidak mengenal perasaan rendah diri.
Pada tahun 1926 suharso menamatkan sekolah dasar (HIS) dengan angka yang memuaskan. ia lalu melanjutkan sekolahnya di smp (MULO) di Solo. ia menumpang di rumah keluarga Dr.Dullah yang selalu mendorongnya maju dan belajar tekun.
Suharso mengikuti nasehat Dr. Dullah dan belajar dengan sungguh-sungguh,sehingga termasuk murid yang cerdas. Seorang belandan tertarik kepada Suharso dan akan dipungutnya sebagai anak angkat untuk kemudian disekolahkan ke negeri belanda, tetapi ibu sastrosuhardjo tidak mengizinkannya.
Setelah pada tahun 1930 sudah tamat dari MULO suharso menuruska pelajarannya di SMA paspal (AMS=Algemeene Middelbare School Afdeeling B) di Yogyakarta. selama menjadi siswa AMS, suharso tercatat sebagai anggota perkumpulan jong java, yang kemudian menjadi indonesia muda. meskipun demikian ia tidak tertarik pada perjuangan politik. suharso lebih tertarik pada kesenian, yaitu tari dan karawitan jawa.
Sesudah tamat AMS, ia mendapat beasiswa untuk belajar di sekolah kedokteran (INIAS) di surabaya. selama menjadi mahasiswa ia juga tetap berkecimpung dalam kesenian. ia mendirikan perkumpulan kesenian siswa mataya di surabaya. dalam dunia pewayangan, tokoh yang dikaguminya ialah adipati karno dan salya.
Pada tahun 1939 suharso lulus ujian NIAS dan berhak menggunakan gelar indisch arts. ia mulai bekerja di rumah sakit umum (CBZ) surabaya.di samping itu ia selalu giat menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu bedah hingga akhirnya mencapai dokter spesialis ahli bedah.
Dr. suharso tidak lama bekerja di surabaya, karena berselisih dengan seorang suster berkebangsaan belanda yang dirasakan merendahkan martabatnya. Dengan tidak bijaksana suster tersebut memerintah suharso. meskipun suharso masih muda dan pengalamanya belum begitu luas, namun ia sadar bahwa sikap suster tersebut tidak pada tempatnya, namun dalam urusan tersebut ia tidak beruntung.ia dinyatakan sebagai pihakm yang salah dan karena itu lalu dipindahkan ke ketapang, kalimntan barat.
Saat menuju ketapang ia singgah di pontianak terlebih dahulu dan disinilah dia mendapatkan jodohnya yaitu gadis johar insiyah,putri dr. agusjam yang sudah lama bermukim di pontianak.
Ketika pasukan jepang menyerbu indonesia. suharso dan istrinya masih berada di ketapang. tindakan jepang terhadap kaum terpelajar di sana terkenal kejam dengan pembunuh tanpa alasan, kecuali kecurigaan bahwa kaum terpelajar akan menentang pemerintah jepang. banyak korban pembunuhan kejam itu, antara lain dr. agusjam, mertua dr.suharso.
Karena khawatir akan keselamatanny. maka suharso beserta istri melahirkan diri dari ketapang. suami istri itu menyebrang ke pulau belitung dengan motorboat. dari belitung ia meneruskan perjalannya dengan perahu bugis (wangkang) ke pulau jawa.ternyata perahunya sampai di pasar ikan jakarta. ia lalu naik perahu lain menuju semarang. namun angin tidak membantu pelayarannya. setelah 3 hari di lautan, barulah suharso dan istri mendarat di indramayu, jawa barat. setelah berapa lama di sana dan berkesempatan pergi ke bandung.mereka kembali ke indramayu. dari sana dengan perahu ke tegal. kemudian dengan perjalanan darat sampai di sala, ibukota karesidenan surakarta, jawa tengah. satu bulan lamanya suharso dan istrinya tinggal di desa kelahirannya suharso, kemudian bekerja di rumah sakit jebres sala, yang dipimpin oleh Dr.pujo
Pemerintah jepang di kalimantan kehilangan suharso da memerintahkan mencari dan menangkapnya.beruntunglah ia mendapat perlindungan dari dr mayeda seorang dokter jepang, sehingga tetap bekerja di rumah sakit jebres, dengan demikian suharso selamat dari kekejaman dan pembunuhan jepang.
Pada masa revolusi kemerdekaan dr suharso banyak sekali menolong menyembuhkan para pejuang gerilya. ia bertugas di wilayah utara ampel. boyolali sampai dekat salatiga. kemudian ia ditempatkan kembali di rumah sakit jebres. ia mengirim obat-obata ke garis depan. seringkali ia harus menyamar sebagai petani biasa untuk menerobos penjagaan belanda.
Selama merawat para pejuang kemerdekaan yang menjadi cacat karena perang gerilya itu suharso mendengarkan keluh kesah mereka. para pejuang yang cacat itu sering berkata "mengapa kami harus mengalami operasi? bukanlah lebih baik mati saja? untuk apa kami hidup dengan tidak mempunyai tangan dan kaki lagi? kami hanya akan menjadi beban keluarga dan orang orang yang sehat dan normal"
kebanyakan para penderita cacat itu menjadi putus asa, pesimis untuk hari depannya. semuanya serba gelap, tidak ada lagi gairah untuk hidup bahagia. tidak terbanyang lagi apa yang akan dikerjakan untuk hidupnya keluarganya, apalagi bagi kepentingan nusa dan bangsanya.
Mendengar keluh kesah dari para penderita cacat tersebut suharso terketuk hatinya.timbul rasa kasihan yang amat mendalam. memang kata-kata mereka benar,tetapi apakah manusia harus kuat imannya dan tidak boleh putus asa. karena itulah suharso mendapat ilham untuk menolong para penderita cacat dengan segala kemampuanya. mereka harus ditolong bail fisik maupun mentalnya.
pada waktu itu sebagaimana layaknya seorang perintis suharso terpaksa berjalan kesana kemari menghubungi tokoh tokoh dan instansi untuk mencari bantuan,perlengkapan dan dana.
Bagi para guru pada idang khusus suharso mendirikan pula train ing college.ia beserta istrinya menyanyangi anak anak yang cacat.sebaliknya anak anak pun sayang kepada mereka .apabila suharso dan ibu dating meninjau yayasan penderitaan anak cacat, maka dari jauh mereka sudah berteriak,"lha kae bapake,lha kae ibuke"(nah itulah bapak dan itulah ibu datang).
Istri suharso dikaruniai 3 orang outra, yakni:1. tunjung suwarsono 2.tunjung wijayanto 3. tunjung hasta. suharso dalam hidupnya tetap senang hidup sederhana. kepada putra-putranya suharso berkata "untuk apa kamu harus mempunyai pakaian bertumpuk tumpuk.tak perlu kamu mempunyai banyak banyak pakaian, cukup tiga stel pakaian.stel satu dipakai, stel satu di cuci, stel satu disimpan di almari. begitu juga dengan soal makanan tidak perlu menumpuk bahan makanan, asal hari ini ada ya itulah dimakan besok mencari lagi. tidak erlu ditumpuk-tumpuk sampai satu gudang".lebih lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keaadaan bobrok,maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya"
Dr.suharso wafat pada usia 59 tahun pada tanggal 27 februari 1971 di surakarta sesudah menderita sakit enam bulan. pemerintah republik indonesia menghargai jasa jasa Dr.suharso almarhum. dengan surat keputusan presiden No 088/TK/1973 tanggal 6 november 1973 almarhum dianugrahi gelar pahlawan nasioanal.

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus